Terjemahan hadits :
Dari Abu Abdullah, Jabir bin Abdullah Al Anshary r.a : Seseorang [1]bertanya kepada Rasulullah S.A.W, seraya berkata : Bagaimana pendapatmu jika saya melaksanakan shalat yang wajib, berpuasa Ramadhan, Menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram[2] dan saya tidak tambah sedikitpun, apakah saya akan masuk surga? Beliau bersabda : Ya. (Riwayat Muslim)
Catatan :
[1]Seseorang yang bertanya dalam riwayat diatas adalah : An Nu’man bin Qauqal.
[2] Maksud mengharamkan yang haram adalah: menghindarinya dan maksud menghalalkan yang halal adalah : mengerjakannya dengan keyakinan akan kehalalannya .
Pelajaran yang terdapat dalam hadits :
1. Setiap muslim dituntut untuk bertanya kepada ulama tentang syariat Islam, tentang kewajibannya dan apa yang dihalalkan dan diharamkan baginya jika hal tersebut tidak diketahuinya.
2. Penghalalan dan pengharaman merupakann aturan syariat, tidak ada yang berhak menentukannya kecuali Allah ta’ala.
3. Menunjukkan keinginan dan perhatian yang besar dari para shahabat serta kerinduan mereka terhadap syurga serta upaya mereka dalam mencari jalan untuk sampai kesana.
Tema-tema hadits :
1. Evaluasi diri / muhasabah :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(Al-Hashr, 59 : 18)
2. Rindu syurga :
“Dan segeralah kamu kepada (mengerjakan amal-amal yang baik untuk mendapat) keampunan dari Tuhan kamu, dan (mendapat) Syurga yang bidangnya seluas segala langit dan bumi, yang disediakan bagi orang yang bertaqwa.”
(Ali Imran, 3 : 133)
(Ali Imran, 3 : 133)
3. Memperhatikan halal haram dalam kehidupan:
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak beriman kepada hari akhirat, dan mereka pula tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya, dan tidak beragama dengan agama yang benar, iaitu dari orang-orang yang diberikan Kitab (kaum Yahudi dan Nasrani), sehingga mereka membayar "Jizyah" dengan keadaan taat dan merendah diri.
(At-Taubah, 9 : 29)
“Wahai Nabi! Mengapa engkau haramkan (dengan bersumpah menyekat dirimu daripada menikmati) apa yang dihalalkan oleh Allah bagimu, (kerana) engkau hendak mencari keredhaan isteri-isterimu? (Dalam pada itu, Allah ampunkan kesilapanmu itu) dan Allah sememangnya Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani”
(At-Tahrim, 66 : 1)
0 Comments